
THANK YOU FOR INTEREST IN OUR EBOOK
YOUR DOWNLOAD IS READY!

Musik adalah nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung ritme, lagu, dan keharmonisan. Musik terdiri dari beberapa unsur, yaitu melodi, harmoni, ritme, dan timbre. Salah satu tokoh yang memiliki pengaruh besar pada perkembangan notasi dan praktik musik barat adalah Guido of Arezzo yang juga dikenal sebagai “bapak notasi musik”, seorang biarawan benediktin1 di Italia yang hidup pada abad ke-11 (sekitar tahun 991-1033). Salah satu kontribusinya dalam musik adalah solfège, yaitu penggunaan suku kata untuk menyebut nada (do, re, mi, fa, so, la, si, do) atau yang kerap disebut teori Guido’s Hand, dan dari sinilah asal music modern.
Seiring berkembangnya pengetahuan tentang musik modern, musik ini digunakan untuk membantu orang dalam mengatasi masalah emosi mereka dengan terapi.
Terapi musik baru dikenal masyarakat barat pada abad ke-17, Robert Burton dalam bukunya yang berjudul The Anatomy Of Melancholy (1621) berpendapat bahwa musik dan tari sangat penting dalam mengobati penyakit mental, terutama melankolia.
Menurut Dr. Jessica Hariwijaya, seorang Medical Music Therapist yang bekerja di Departemen Rehabilitasi3 Medik di rumah sakit Siloam Hospital terapi musik dapat membantu para pasien dengan gangguan saraf, gangguan perkembangan, sampai pasien dengan perawatan paliatif4. Semua orang tahu musik, bahkan orang yang tidak pernah bermain musik atau yang tidak menyukai musik pasti pernah terekspos terhadap musik.
Karena musik ada di sekitar kita, musik dapat menjadi sebuah perawatan yang fungsional. Perawatan yang dapat dipakai untuk siapapun di usia berapapun. Banyak orang mengira mendengarkan musik hanya menstimulasi sebelah otak saja, tapi sebenarnya ketika musik itu dimainkan, ketika musik itu didengarkan, atau bahkan ketika kita bermain musik ada banyak bagian di otak yang teraktivasi.
Saat musik didengar, korteks audiotori yang merupakan bagian otak utama yang memproses suara yang berada di lobus temporal5 memecah musik menjadi komponen dasar seperti nada, ritme, dan melodi. Ia mengenali perbedaan nada dan membantu dalam mengenali pola suara.
Korteks audiotori mengirim sinyal ke thalamus6 yang kemudian disalurkan ke bagian otak yang lebih spesifik untuk memberikan respon yang sesuai, seperti yang terjadi pada bagian dari system limbik7, yaitu hipokampus. Bagian otak yang berperan dalam pembentukan memori dan konsolidasi memori8. Pasien dengan Alzheimer atau Demensia biasanya mengalami kerusakan pada hipokampus, namun, memori yang sudah lama disimpan, seperti memori musik atau lagu-lagu yang pernah didengar selama masa muda, sering kali masih dapat diakses lebih mudah.
Musik yang dikenal dapat membantu menstimulasi hipokampus dan mengaktifkan ingatan lama. Hal ini bisa memunculkan kembali kenangan dari masa lalu yang sering kali hilang akibat penyakit. Misalnya, ketika mendengarkan lagu dari masa mudanya, pasien mungkin mulai mengingat momen penting, keluarga, atau peristiwa khusus yang mereka alami.
Selain hipokampus, amigdala atau Neurological Alert System9 yang juga merupakan 4 bagian utama system mesolimbik berperan sebagai pendeteksi Unpleasant Emotions (emosi yang tidak menyenangkan) seperti kemarahan, kekerasan, ketakutan, dan kecemasan. Jika amigdala dirangsang secara berlebihan maka akan menyebabkan fobia10. mendengar music yang menyenangkan atau menenangkan serta pelepasan hormone dopamine dapat membantu meredakan rangsangan yang berlebihan sehingga membantu dalam proses penyembuhan beberapa penyakit tertentu.
Musik juga membantu pasien dengan cedera otak atau stroke meningkatkan suasana hati dan motivasi serta mengurangi stress untuk berpartisipasi dalam terapi fisik atau rehabilitasi. Hal ini terjadi karena musik merangsang system limbik, yang mengontrol emosi dan respons stress, sehingga dapat membantu menurunkan tingkat hormone kortisol11 dan meningkatkan perasaan tenang. Pasien yang mengalami cedera otak atau stroke sering kali merasa putus asa atau frustrasi, yang dapat menghambat pemulihan. Musik memiliki efek positif pada emosi karena merangsang pelepasan neurotransmitter12 seperti dopamin dan serotonin, yang terkait dengan perasaan bahagia dan motivasi.
Musik memengaruhi neurotransmitter dopamine dalam brain reward system13 atau jalur mesolimbik. Beberapa bagian penting dari brain reward system termasuk nucleus accumbens, dan ventral tagmental area (VTA). Mendengarkan music yang kita sukai akan memicu pelepasan dopamine di area ini.
Perjalanan musik dari sarana beribadah dan bersenang-senang hingga menjadi perantara untuk perawatan medis dalam berbagai penyakit membutuhkan waktu yang tidak sedikit, berbagai penelitian dan dedikasi para ilmuwan dalam membuktikan pengaruh musik terhadap otak adalah sesuatu yang patut dihargai. Semua kerja keras mereka yang memungkinkan musik sebagai terapi telah membantu banyak orang untuk menjalani hari-harinya dengan lebih baik, yang mungkin juga merupakan hari-hari terakhir mereka.
Referensi
https://id.wikipedia.org/wiki/Musik
https://buletin.k-pin.org/index.php/arsip-artikel/103-merasa-nyaman-dengan-bermusik
https://hellosehat.com/saraf/fungsi-amigdala/
https://khazanah.republika.co.id/berita/p5vw82313/terapi-musik-berkembang-pesat-di-era-utsmaniyah
Kata dan Istilah Penting:
(Irdhina & Salman)
Donec sed consectetur augue. Sed tempor eu ante vitae imperdiet.
Like us on facebook
Follow Our Instagram
Follow us on Twitter
pin with us on Pinterest
“Phasellus cursus, orci ut maximus mattis, sem ligula vulputate justo, vel congue dui lorem et nibh. Donec eros tortor, posuere at aliquet ut, commodo ut quam. Vivamus ultricies, leo vel auctor feugiat, nisl lacus porta orci, a euismod diam lorem eget nunc. Mauris venenatis vulputate facilisis. Aenean congue sapien diam, sed bibendum nisl tincidunt vel. Integer eget faucibus nibh.”